search

selamat datang di wahyu si bhe blog, jangan lupa tinggalkan kritik dan saran, dan jangan lupa follow nya, inilah blog saya yang serba apa adanya, jadi kritik dan saran anda sangat berarti bagi kami

Minggu, 27 Februari 2011

Sebab-sebab Naik-turunnya Iman dan Cara Meningkatkan Keimanan

seiring perkembanganan zaman, kadar iman kita semakin lama semakin berkurang, untuk itu ini ada tipz untuk menjaga atau meningkatkan keimanan kita ke pada ALLOH SWT...

CARA MENAIKKAN KADAR IMAN :

1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits

a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai
kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya.
Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang
mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis
eorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)

b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan
Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan
hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha
Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari
akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang
diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha
Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang
karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.

c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan
menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi
keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan

beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul


Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya :


“Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”.
Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan
bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun
idalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw
menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang
engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat
Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan
menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk
lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.

d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang
diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman
terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain
yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam,
dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi
ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.

e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin,
para sahabat Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang
yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman
kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud.

2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana
alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu
menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan
yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an
adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap
namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari”
disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah
(masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari

dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak
12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan

3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap
elalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan
usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga
kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan
Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar,
mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada
kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah,
perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid
(khususnya bagi pria).

SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN :

Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :

1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang
berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang
agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kel
ak
di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur
denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.

2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi
yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak
diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah,
sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah),
tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi
sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal
itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi
(melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari jalan
yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal
dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus didorong
agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau tidak maka
kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin
jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.

3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap)
perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap,
misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian
berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses
pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena
itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.

4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni
jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka
saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah,
maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si

empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa
jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang
diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang
siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”.
Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa
cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah

Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :

1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan
orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat
Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan,
ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.

2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia

yang kita lakukan, seperti mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman
an keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat.
Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main
yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati s
ebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan
kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi tumbuh maka ia
akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat bertambah m
aka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai
hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.

3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya,
sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil
teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah,
karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju
kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati kemungkaran. Teman
dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana
pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam.
Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila
mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan
aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang
tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau
bahkan ketika hendak melakukan sholat.

Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha
(menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan
(syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak kita termasuk
orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang lain yang belum sempat
mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita
ingatkan teman-teman kita dengan menyebarkan tulisan ini.

Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

http://antero60.blogspot.com/2009/05/19/sebab-sebab-naik-turunnya-iman-dan-cara-meningkatkan-keimanan

0 komentar:

Posting Komentar